Tonk-Tonk.Com - Otak yang tidak sehat dapat
mengganggu sel hormon sehingga mengurangi libido dan nafsu seksual
seseorang. Kesehatan otak adalah yang paling utama, selain dari
kesehatan jiwa dan fisik yang juga harus terjaga. Stres, rasa cemas,
trauma, dan kurangnya asupan gizi pada otak merupakan salah satu pemicu
kondisi di mana kemudian otak mengirimkan signal pada tubuh manusia
sehingga merasa enggan atau menolak kegiatan seksual.
“Organ seksual pada tubuh itu sebenarnya yang paling
penting bukan alat genital, tetapi otak. Karena itu otak harus dijaga
kesehatannya,” ujar Androloh Rumah Sakit Pertamina Pusat Anita Gunawan
dalam Seminar Kesehatan bertema, “Libido dan Smart Sex” di Jakarta,
Minggu (15/02).
Upaya selalu berpikir positif, asupan gizi yang cukup
dan berolahraga adalah cara untuk menjaga kesehatan otak. Selain itu,
kejiwaan seseorang jug amerupakan elemen yang penting di dalam rantai
kegiatan seksual seseorang. Beban kesibukan pekerjaan, kemacetan,
ekonomi, serta komunikasi yang buruk antara pasangan suami-istri
(pasutri) adalah beberapa penyebab sakitnya psikis atau mental. Pada
kondisi ini, otak menjadi tidak sehat dan mempengaruhi seluruh organ
tubuh, khususnya organ reproduksi.
Jika terjadi permasalah pada kondisi kejiwaan
seseorang, baik stree mental maupun fisik yang tidak segera ditangani,
maka dapat berakibat pada terjadinya disfungsi seksual. pada pria
gangguannya berupa disfungsi ereksi, disfungsi libido, ejakulasi dini,
dan impoten. Sedangkan pada wanita dapat berupa trauma, rasa sakit
ketika berhubungan seksual, bahkan sulitnya memiliki keturunan.
Komunikasi
“Untuk pasutri sesungguhnya hal sepele sekalipun harus dikomunikasikan. Komunikasi yang baik dapat menjadi obat yang mujarab lho,” kata Anita. Komunikasi yang dimaksud antara lain mengenai puas-tidaknya hubungan seksual antara pasutri tersebut, apa yang diinginkan atau tidak, atau bahkan hal-hal di luar hubungan mereka seperti kegiatan di kantor maupun kehidupan social.
“Untuk pasutri sesungguhnya hal sepele sekalipun harus dikomunikasikan. Komunikasi yang baik dapat menjadi obat yang mujarab lho,” kata Anita. Komunikasi yang dimaksud antara lain mengenai puas-tidaknya hubungan seksual antara pasutri tersebut, apa yang diinginkan atau tidak, atau bahkan hal-hal di luar hubungan mereka seperti kegiatan di kantor maupun kehidupan social.
Lebih lanjut ia mengatakan, jika pada pria
permasalahan mengenai ukuran kemaluan kerap menjadi isu sehingga
beberapa pria memutuskan untuk mencoba memperbesar ukuran kemaluan
mereka, baik dengan ke dokter maupun cara alternative sesungguhnya hal
tersebut tidak benar.
Alat genital pria tidak dapat diubah ukurannya
setelah mereka melewati masa pubertas, yakni sekitar sebelum usia 14
tahun. Anita membenarkan bahwa obesitas pada anak menjadi factor
penting. Anak laki-laki yang mengalami kelebihan berat badan umumnya
memiliki lemak yang berlebih sehingga menarik alat kemaluan mereka ke
dalam. Karena itu alangkah lebih baik untuk para ibu yang peduli
mengenai hal ini, memperhatikan konsumsi makanan si anak.
“Namun jika ternyata upaya mengatur berat tubuh
tersebut tidak berhasil, dan setelah diperiksa lebih lanjut memang
memiliki masalah ukuran (mikro penis) dapat dilakukan dengan
menyuntikkan hormone testosterone dosis terbatas. Sekali lagi, sebelum
si anak melewati masa pubertas,” katanya.
Semoga bermanfaat!
Sumber: klikdokter.com
0 Comments